Pada 2025 mendatang, diprediksi media sosial akan menghadapi transformasi yang begitu pesat. Tantangannya tidak hanya terletak pada pembuatan konten yang menarik, tetapi juga pada kemampuan seorang marketer atau social media manager untuk beradaptasi dengan tren-tren terbaru yang dapat mengguncang platform-platform tersebut.
Hootsuite sebagai salah satu platform manajemen media sosial terkemuka baru-baru ini memperkenalkan tiga tren media sosial utama yang diprediksi bakal mendominasi dunia social marketer 2025. Harapannya, tren tersebut bisa jadi referensi dan panduan bagi seorang marketer untuk merancang strategi yang lebih efektif dan relevan dengan perubahan cepat yang terjadi di dunia media sosial.
Tren-tren ini meliputi eksperimen konten, social listening, dan kecerdasan buatan (AI) yang membuka peluang baru bagi brand-brand agar lebih terhubung (connected) dengan audiens mereka, meningkatkan interaksi, serta merancang strategi yang lebih berbasis data dan berorientasi pada hasil. Artikel ini mengajakmu membahas lebih lanjut tentang ketiga tren tersebut dan bagaimana mereka akan membentuk lanskap pemasaran sosial (social marketing) yang lebih dinamis dan terukur pada 2025. Jangan lupa catat, ya!
- Lebih dari 60 persen konten sosial kini berfokus pada hiburan, pendidikan, atau informasi
Tahun depan, tren eksperimen konten di media sosial bakal mengalami transformasi besar yang mencerminkan perubahan cara organisasi berinteraksi dengan audiens mereka. Salah satu perubahan utama adalah keberanian tim media sosial untuk mengeksplorasi kreativitas mereka lebih dalam. Semakin banyaknya peluang kreatif yang tersedia di platform media sosial makin membuat banyak organisasi besar mulai meninggalkan pedoman merek tradisional mereka demi memberikan hiburan yang lebih menarik kepada audiens. Menurut survei Hootsuite Social Media Trends 2025, lebih dari 60 persen konten sosial kini berfokus pada hiburan, pendidikan, atau informasi tanpa adanya promosi langsung. Bahkan, sekitar seperempat organisasi kini memfokuskan sebagian besar konten mereka (80–100 persen) hanya untuk hiburan.
Fenomena ini menggambarkan perubahan tujuan komunikasi merek sekaligus mempengaruhi konsistensi merek itu sendiri. Pada 2025 nanti, tim media sosial bakal makin berani mengadopsi persona dan gaya komunikasi yang lebih eksperimental. Konten yang mereka buat kadang-kadang terasa jauh berbeda dari karakter merek yang biasanya terlihat pada saluran pemasaran lainnya. Merek-merek yang berani ini tidak hanya berhasil mengubah narasi mereka, tetapi juga mendapat apresiasi atas pendekatan kreatif yang mereka ambil. Dalam banyak kasus, mereka tidak hanya “berhasil,” tetapi juga meraih hasil yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi tempat yang ideal untuk menguji kreativitas, di mana bahkan merek-merek yang paling formal pun dapat bereksperimen dengan cara yang baru dan segar. Tim media sosial yang aktif menghasilkan konten kreatif cenderung lebih melaporkan dampak positif yang signifikan terhadap bisnis mereka dibandingkan dengan tim yang lebih jarang melakukannya. Tren ini menunjukkan bahwa 2025 akan menjadi masa di mana semakin banyak organisasi berani keluar dari zona nyaman mereka, mengguncang pedoman kreatif, dan menguji ide-ide baru untuk menarik perhatian audiens serta menghibur mereka dengan cara yang tak terduga.
- sekitar 62 persen profesional media sosial kini memanfaatkan alat social listening
Pada 2025, social listening (mendengarkan percakapan di media sosial) semakin menjadi kunci dalam kesuksesan social marketing. Dulu, social listening hanya dipandang sebagai cara untuk memantau pembicaraan mengenai merek. Namun, sekarang ia telah berkembang menjadi alat yang lebih canggih dan integral dalam strategi pemasaran. Social media marketer kini dapat dengan lebih percaya diri menghubungkan aktivitas media sosial mereka dengan hasil bisnis yang konkret berkat penerapan social listening. Berbeda dengan metrik sederhana seperti “likes” dan “shares,”social listening memberikan wawasan yang langsung dan real-time yang memungkinkan pemahaman lebih dalam tentang audiens, pengembangan strategi yang lebih fokus, serta kemampuan untuk mengidentifikasi peluang produk atau memberikan peringatan dini tentang potensi krisis.
Menurut survei Hootsuite Social Media Trends 2025, sekitar 62 persen profesional media sosial kini memanfaatkan alat social listening. Ini menempatkannya sebagai prioritas kedua setelah berinteraksi dengan audiens. Lebih penting lagi, social listening memungkinkan marketer untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai Return on Investment (ROI) yang dulu hanya terkait dengan pemasaran berbasis kinerja. Karena punya kemampuan untuk mengumpulkan data yang relevan, seperti analisis sentimen, tren percakapan, dan umpan balik pelanggan, social listening memberi pemasaran sosial wawasan yang jauh lebih mendalam dan terukur daripada sebelumnya. Pada 2025, organisasi yang menguasai social listening diprediksi akan memperoleh lebih banyak kredibilitas, mendapatkan anggaran yang lebih besar, dan mampu memberikan wawasan lebih tajam, angka yang jelas, serta prospek penjualan yang dapat mendorong pertumbuhan bisnis.
- 83 persen marketer kini mengandalkan AI untuk menghasilkan lebih banyak konten
Generative AI yang dulu dianggap dengan keraguan oleh banyak social media marketer kini telah diterima sebagai alat yang sangat berharga dalam dunia media sosial. Pada 2024, penggunaan AI untuk pembuatan konten sosial telah mengalami perkembangan pesat, tidak hanya di perusahaan besar, tetapi juga di berbagai sektor, termasuk yang paling diawasi ketat seperti pemerintah dan kesehatan. Sebelumnya, social media marketer hanya menggunakan AI untuk eksperimen yang terbatas. Namun, sekarang AI telah menjadi bagian integral dari strategi kreatif yang lebih luas yang memungkinkan publik memproduksi lebih banyak konten dengan tingkat efisiensi yang luar biasa.
Survei Hootsuite Social Media Trends 2025 melaporkan bahwa 83 persen marketer kini mengandalkan AI untuk menghasilkan lebih banyak konten daripada yang dapat mereka buat tanpa bantuan alat tersebut. Mengingat tingginya permintaan untuk membuat banyak unggahan di media sosial dalam waktu singkat (terkadang hingga 72 unggahan per minggu), AI menjadi alat yang tak ternilai. Apalagi, ia punya beragam kemampuan, seperti menulis caption, membuat gambar, menerjemahkan skrip, hingga merancang proposal influencer secara otomatis yang membuat AI kini menjadi asisten utama yang membantu tim media sosial tetap kompetitif.
Namun, keunggulan AI tidak hanya terletak pada efisiensi. AI juga digunakan untuk merumuskan strategi sosial yang lebih cerdas. Merek yang mengintegrasikan AI dalam proses perencanaan strategis mereka. Bukan hanya dalam pembuatan konten, akan memperoleh manfaat yang lebih besar dalam hal efektivitas dan kemampuan untuk menanggapi tren dengan cepat. Tim media sosial yang memprioritaskan kemampuan strategis AI mereka, di samping taktik, akan lebih mampu menghasilkan wawasan yang lebih tajam, membuka peluang baru, dan mempertahankan efisiensi di pasar yang sangat kompetitif. Akibatnya, 2025 diprediksi akan menjadi tahun di mana organisasi yang belum mengadopsi AI dalam strategi sosial mereka akan tertinggal, sementara mereka yang melakukannya akan memimpin dalam hal kreativitas dan pencapaian bisnis.
Ketiga prediksi tren media sosial 2025 di atas membuktikan bahwa ekosistem media sosial saat ini bukan hanya mengubah cara manusia untuk berinteraksi dengan audiens saja. Lebih daripada itu, tren media sosial telah memberikan keran menciptakan peluang baru bagi merek dan perusahaan untuk berinovasi, mengoptimalkan strategi pemasaran mereka, serta membangun hubungan yang lebih mendalam dan autentik dengan audiens. Melalui eksperimen konten, misalnya, merek kini dapat lebih bebas berkreasi, menguji berbagai pendekatan, dan memperoleh wawasan langsung tentang apa yang resonan dengan target pasar mereka. Sementara itu, social listening memungkinkan mereka untuk menangkap sentimen dan kebutuhan audiens dengan lebih tajam yang pada gilirannya memberikan keunggulan kompetitif dalam merancang produk atau layanan yang lebih relevan.
Tidak ketinggalan, berkat kecerdasan buatan, pelaku bisnis dapat mengotomatisasi berbagai aspek pemasaran, meningkatkan efisiensi, dan menghasilkan konten yang lebih personal dan tepat sasaran. Memanfaatkan ketiganya secara bersamaan bikin ekosistem media sosial bukan hanya menjadi saluran komunikasi, tetapi juga sebuah platform untuk mendorong perubahan signifikan dalam cara pemasaran dilakukan di era digital yang terus berkembang.