Film Budi Pekerti yang sedang hits di bioskop mendapat perhatian publik karena kisahnya yang begitu menyentuh hati. Cerita tentang Bu Prani yang diperankan oleh Sha Ine Febriyanti memaparkan realitas hidup di era digital yang kini sangat tergantung pada media sosial.
Bu Prani, seorang guru BK di sebuah sekolah, terlibat dalam masalah pasca video perselisihannya dengan seorang pengunjung pasar yang tiba-tiba menjadi viral di media sosial. Hidup tenang yang sebelumnya dialami Bu Prani berubah drastis hanya karena sebuah video pendek yang disebar tanpa pertanggungjawaban.
Film ini bukan hanya sekadar hiburan; ia menyampaikan pesan positif kepada penontonnya. Berikut adalah 5 pesan positif terkait penggunaan media sosial yang bisa dipetik setelah menonton Film Budi Pekerti.
1. Bijak Bermedia Sosial: Jangan Mudah Terhasut oleh Orang Lain
Media sosial memberikan kebebasan kepada semua orang untuk memberikan pendapat, berkomentar, atau bahkan merundung orang lain. Namun, seperti yang dialami Bu Prani, pandangan negatif seseorang dapat memprovokasi banyak orang untuk menyakiti pihak tertentu hanya karena satu video singkat yang tidak mencerminkan kejadian sebenarnya.
Sebagai pengguna media sosial yang bijak, kita harus belajar untuk tidak terlalu reaktif terhadap suatu konten. Melakukan pengecekan ulang terhadap informasi yang diterima dapat membantu menciptakan ekosistem media sosial yang lebih sehat.
2. Hindari Perundungan di Media Sosial: Pikirkan Akibat Jangka Panjang
Media sosial memungkinkan seseorang untuk memberikan komentar negatif secara anonim. Namun, perundungan di media sosial dapat memiliki dampak psikologis yang serius pada korban. Sebelum mengunggah sesuatu, berpikirlah tentang dampaknya pada orang lain.
Film Budi Pekerti memberikan gambaran tentang bagaimana hidup Bu Prani dan keluarganya menjadi terpuruk akibat perundungan di media sosial. Sebuah komentar sepele atau konten lucu-lucuan bisa merusak hidup seseorang.
3. Jangan Menghakimi Sepihak: Kenali Penjelasan Secara Utuh
Pada adegan tertentu, murid Bu Prani, Gora, memberikan testimoni positif tentang metode hukuman yang diubah menjadi metode refleksi. Namun, warga internet justru terprovokasi tanpa mengetahui konteks sebenarnya, menyebabkan Bu Prani dan Gora menjadi sasaran perundungan.
Pesan dari film ini adalah hindari menghakimi suatu peristiwa tanpa mengetahui kebenarannya. Kita harus menghindari mengaitkan sebab-akibat yang tidak saling berkaitan hanya untuk memuaskan diri sendiri.
4. Hati-hati dengan Budaya Pembatalan: Dapat Berakibat Serius
Tren cancel culture, atau budaya pembatalan, bisa merugikan seseorang tanpa bukti yang kredibel. Budaya ini dapat merusak citra seseorang di mata publik dan bahkan berdampak pada kehidupan pribadi dan kesehatan mental.
Film ini menggambarkan bagaimana pembatalan terhadap Bu Prani berdampak fatal pada keluarganya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati sebelum memutuskan untuk ikut serta dalam budaya pembatalan tanpa bukti yang kuat.
5. Konten Provokatif Bisa Berakibat Keliru: Pilih Konten dengan Bijak
Media sosial adalah tempat bebas berekspresi, namun kebebasan ini harus diiringi dengan tanggung jawab. Menyebarkan konten yang memprovokasi demi kepentingan pribadi bisa merugikan banyak orang.
Bijaklah dalam menciptakan dan menyebarkan konten di media sosial. Pastikan konten yang kita bagikan memiliki muatan hiburan atau edukasi, dan selalu pertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.
Kesimpulan
Film Budi Pekerti bukan hanya sebuah hiburan, tetapi juga membawa pesan-pesan positif terkait bermedia sosial. Dari bijak bermedia sosial hingga hati-hati dengan budaya pembatalan, film ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana tindakan kita di dunia maya dapat berdampak besar dalam kehidupan nyata. Mari ambil pelajaran dan terapkan budi pekerti dalam setiap langkah kita di dunia maya yang semakin kompleks ini.